Sabtu, 09 Oktober 2010

Putri, maafkan Ibu sayang….......


Dikisahkan, seorang janda miskin hidup berdua dengan putri kecilnya yang masih berusia sembilan tahun. Kemiskinan memaksakannya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar demi kelangsungan hidup mereka. Hidup yang penuh dengan kekurangan tidak membuat si kecil "Putri" bermanja-manja kepada ibunya seperti anak-anak kecil lainnya. Suatu hari di musim dingin, seusai membuat kue, si ibu tersadar saat melihat keranjang kuenya sudah rusak berat. Dia pun keluar rumah untuk membeli keranjang baru dan berpesan kepada putri agar tetap tinggal di rumah menunggu ibu. Sepulang dari membeli keranjang, si ibu menemukan pintu rumah tidak terkunci dan putri ternyata tidak ada di rumah. Sepontan amarahnya memuncak seraya bergumam "Putri betul-betul tidak tahu diri !!!!, cuaca dingin seperti ini, disuruh diam di rumah saja, malah pergi bermain kerumah teman-temannya!", begitu pikirnya.

Setelah selesai menyusun kue di keranjang, si ibu segera pergi menjajakan kuenya. Dinginnya salju yang memenuhi jalanan tidak meyurutkan tekadnya demi keberlangsungan hidup mereka. Dan, sebagai hukuman untuk si putri, pintu rumah dikunci dari luar. "Kali ini, putri harus diberi pelajaran karena telah melanggar pesan," tekad si ibu dalam hatinya.
Sepulang dari menjajakan kue, mata si ibu mendadak nanar ketika menemukan gadis kecilnya tergeletak di depan pintu. Sambil teriak histeris seraya dipeluk erat tubuh putrinya yang telah kaku dicekik dinginnya salju. Lalu meski dengan susah payah, si ibu memindahkan putri kedalam rumah. " Putri…, Putri…,Bangun…!, Nak.. ini ibu, Nak.. ini ibu.., ibu datang Nak, ibu tidak marah kok. Bangun, anakku!..." serunya sambil menangis meraung-raung dan berusaha sekuat tenaga membangunkannya dengan mengguncangkan tubuh si putri agar terbangun. Tetapi, Putri telah tiada, tubuhnya memucat, kaku tak berdaya, Putri telah tiada, Putri telah pergi bersama udara dingin senja itu, dan putri tak akan kembali lagi untuk ibunya, Putri tak akan lagi menemani ibu mengadon kue, Putri tak akan lagi meminta ibu bercerita sebelum tidur, putri telah tiada.

Tiba-tiba dari genggaman tangan si Putri, terjatuh sebuah bungkusan kecil. Saat dibuka, berisi sebungkus kecil biskuit dan secarik kertas usang. Dengan tergesa-gesa dan tangan yang bergetar hebat, si ibu segera mengenali tulisan putrinya yang masih acak-acakan, tapi terbaca dengan jelas : Ibuku tersayang,… Putri tahu, pasti Ibu lupa hari istimewa Ibu, karena Ibu sibuk bekerja buat putri. Hi..., Hi…, Hi…, ini Putri belikan biskuit kesukaan Ibu. Maafin Putri Bu…, uang putri tidak cukup untuk membeli yang besar dan maafin putri, putri telah melanggar pesan ibu karena meninggalkan rumah untuk membeli biskuit ini. Selamat ulang tahun Bu…, Putri selalu sayang Ibu!"

Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Aku hidup bersama putriku yang masih kecil, ia adalah belahan hatiku, aku timang sejak ia lahir, aku menyayanginya, aku bekerja untuk masa depannya, aku ingin membahagiakannya, selalu aku pilihkan yang terbaik, Ya Allah, kini ia telah pergi, aku tak lagi bisa bercanda ria dengannya, aku tak lagi melihat senyum di bibirnya, dan aku tak lagi akan mengantarkannya ke sekolah, aku tak kan lagi membelikannya baju saat hari lebaran tiba, Ya Allah…, karena perasangka burukku seluruh harapanku sirna, semua impiannku telah tiada, tinggal sisa-sisa harapan kepadaMu, Ya Allah, ampunilah salahku, karena perasangka burukku, putri harus tiada, dicekam dinginnya salju senja. Aku tak bisa berbuat apa-apa melainkan kembali kepadaMu Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, aku selalu mengharap agar kau gantikan yang lebih baik untukku, dan selalu kau tujuki aku jalan yang lurus. Amin. Dengan meledak-ledak ibu menangis, semua telah pergi, tinggal air mata penyesalan yang tersisa. (The Route Of Happiness/ Rahmat Ramadhana Al Banjari DIVA press cet pertama)
Inilah sepenggal kisah yang seharusnya seorang muslim dapat mengambil hikmah yang terkandung didalamnya, berapa banyak orang yang terjerumus pada su’udzan atau buruk sangka, padahal alloh telah menggambarkan keburukan orang yang bersu'udzan seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Alloh Ta'ala berfirman,"
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al Hujurat : 12)

Wahai saudara seiman, sangkan termasuk sesuatu yang digemari jiwa dan menjadi kecenderungan hati. Tidak selayaknya seorang muslim untuk berburuk sangka kepada sesama seorang muslim, kecuali jika terungkap suatu bukti yang tidak memerlukan takwil lagi atau adanya kabar yang dapat dipercaya dari seorang mislim yang lain.

Ketahuilah buah dari berburuk sangka adalah mencari-cari kesalahan, karena hati tidak akan merasa puas hanya dengan berburuk sangka, tetapi ia akan mencari pemenaran, sehingga ia sibuk akan mencari-cari kesalahan. Sebagaiman yang terdapat disepenggal kisah diatas, buah dari buruk sangka seorang ibu terhadap anaknya, yang akhirnya si ibu tidak akan pernah lagi berjumpa dengan anaknay, tidak akan pernah bias lagi bersendau guarau denganya.

Saudara seiman, bahwa kebiasaan berburuk sangka sudah menjadi menu utama yang disajaikan ke masyarakat luas. Bahkan bukan hanya orang tua, dan remaja yang bias menyaksikan hal tersebut, yang bahkan anak-anak yang usia masih dini pun mereka bias menyaksikanya. Pada saat ini acara-acara ditelevisi sudah sedemikian gencarnya menayangkan acara-acara seperti itu, ada acara yang namanya neogosip, selsbriti dan lain sebagainya.
Behwa perlu menjadi bahan perenungan bagi kita selaku kaum muslimin, bagaimana jika setiap hari generasi penerus kita di tayangkan hal separti itu???(romy)

Read More..